Rabu, 03 Juni 2009

Profil Facebook = Tingkat Kenarsisan Anda

Anda narsis? Profil Anda di Facebook bisa mencerminkan seberapa narsisnya Anda. Kok bisa? Ilmuwan di University of Georgia menyebarkan tes kuesioner kepribadian ke sekitar 130 pengguna Facebook dan menganalisa konten profil mereka. Dari situ bisa diketahui seberapa narsisnya mereka dan tingkat egonya. Hasil detailnya dipublikasikan di edisi Oktober Personality and Social Psychology Bulletin.

Para peneliti mengatakan bahwa jumlah pesan dan postingan di halaman mereka sangat berkorelasi dengan seberapa narsisnya mereka. Pimpinan studi Laura Buffardi Ph.D, mengatakan bahwa ini setara dengan seberapa narsisnya mereka di dunia nyata.

Orang yang narsis di Facebook bisa ditandai dengan tampilan yang glamour pada foto diri utama mereka.

Di studi terdulu, ilmuwan menemukan bahwa halaman personal Web sangat popular di kalangan kaum narsis, namun bukan berarti semua pengguna Facebook adalah narsis.

“Orang narsis bisa jadi terlihat sangat menarik, tapi mereka biasanya merasa lebih hebat dari rang lain,” ujar Campbell.

Tapi apa sih yang disebut dengan NARSIS?

Apa itu ‘narsis’? Kata apakah? Makhluk apa ia, sehingga kita gemar menyebut-nyebutnya di kampus, di mall, di saat ngerumpi, dll??

“Narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengidap narsisme memang tidak selalu percaya diri di depan umum, namun bisa juga ditunjukkan dengan suka memfoto diri sendiri. biasanya orang yang narsis adalah seorang model, karena mereka sering sekali mendapat pujian dan itu menyebabkan mereka merasa percaya diri dan akhirnya berlebihan.”

Demikian uraian di atas saya kutip mentah-mentah dari wikipedia.com, yang tentu saja dimaksudkan si penulisnya sebagai definisi dari kata ‘narsis’ dan ‘narsisme’.

Norcissus dari Boetia:

Adalah Narkissos, Narcissi atau lebih banyak dikenal sebagai Narcissus, yakni seorang perempuan muda nan rupawan yang tinggal di kota Boetia, Yunani Kuno. Meski ia seorang perempuan, Narcissus gemar berpenampilan seperti anak laki-laki. Hingga suatu hari seorang pemuda bernama Armeinias menyatakan cintanya kepada Narcissus.

Alih-alih menerima pernyataan cinta Armeinias, Narcissus malah menghadiahkan sebilah pedang sambil menolak cinta pemuda itu. Pedang tersebut kelak digunakan Armeinias untuk bunuh diri di hadapan Narcissus. Armeinias yang sekarat sakit hati pun berdoa kepada Dewa Nemesis agar suatu hari nanti Narcissus akan merasakan kepedihan yang sama pula; cinta yang ditolak dan menghadapi kematian.

Doa tersebut kemudian menjadi kutukan bagi Narcissus. Kutukan ini mulai menimpa Narcissus ketika suatu hari ia terpikat dengan seorang pemuda tampan yang dilihatnya di sebuah kolam. Pemuda tersebut begitu memesonakan Narcissus dan membuatnya merasa begitu jatuh cinta, sehingga ia pun betah berhari-hari berada di kolam itu hanya untuk menikmati ketampanan wajah sang pemuda idaman.

Hingga pada akhirnya Narcissus sadar bahwa wajah pemuda tampan itu tak lain adalah bayangan wajahnya sendiri dari pantulan permukaan air kolam. Kian hari Narcissus malah kian terjebak dalam perasaan cinta pada bayangan wajahnya sendiri. Narcissus jadi tak bisa mencintai orang lain selain bayangan dirinya sendiri. Kutukan itu pun berakhir dengan kematian Narcissus yang menusukkan pedang ke perutnya sendiri, cara kematian yang sama seperti Armeinias dulu.

Dari mitologi di atas, sekilas kita jadi bisa mengerti kenapa kata narsis dilekatkan pada orang yang memiliki kecenderungan untuk mencintai dirinya sendiri.

Menafsirkan Narsisme:

Dari mitologi di atas, sekilas kita jadi bisa mengerti kenapa kata narsis dilekatkan pada orang yang memiliki kecenderungan untuk mencintai dirinya sendiri.

Kisah Narcissus mengandung mitos yang hendak menyampaikan sesuatu pesan dari masa lampau. Dan mitos itu sendiri merupakan cara kebudayaan dalam menjelaskan fenomena kehidupan.

Karenanya, alih-alih ikut memandang narsis secara negatif, pada kesempatan ini saya justru hendak menunjukkan penafsiran lain demi menyingkap bagaimana sebenarnya kandungan pesan dalam mitos Narcissus tersebut. Dan untuk mengetahui pesan tersebut, saya akan mencermati sejumlah simbol yang ada dalam kisah cinta Narcissus, yakni simbol (1) diri sendiri; (2) cinta; dan (3) kematian.

DIRI SENDIRI. Hal ini jelas mengacu pada jati diri manusia yang direpresentasikan oleh si Narcissus. Setiap manusia tentu memiliki jati diri yang mengada dalam dirinya. Yang patut dicatat ialah, jati diri seorang manusia tidaklah hadir dengan sendirinya. Jati diri seorang manusia justru mesti disingkap, dibentuk, dan ditemukan oleh si manusia itu sendiri.

Mengutip gagasan seorang filsuf eksistensialisme Perancis yang berkata ‘man is nothing else but what he makes of himself’. Hingga kelak, kita manusia akan terus menerus mencipta diri ini seperti apa yang kita kehendaki atas diri kita sendiri.

CINTA. Tidaklah keliru bila kita hendak mengartikan cinta sebagai sesuatu yang muncul setelah rasa sayang melebur dengan rasa benci dalam satu ikatan ruang dan waktu. Yakni di mana kedua rasa yang saling oposisional tersebut melebur dan memunculkan cercapan rasa yang khas dalam perjalanan rasa. Kedua rasa tersebut merupakan titik tolak penting bagi kemunculan cinta. Dan Narcissus pun dikisahkan telah menemukan cintanya.

Kaitannya dengan diri sendiri, adalah saat kita menemui apa yang kita sayangi dan kita benci dari diri kita sendiri. Mencinta juga menyiratkan bahwa kita selalu dihadapkan pada segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri kita sebagai seorang manusia. Penemuan kedua hal tersebutlah yang bila kita terima akan melahirkan perasaan cinta akan diri sendiri, sebuah penerimaan akhir nan bijak terhadap segala kekurangan dan kelebihan kita sendiri.

Berangkat dari hal inilah jati diri manusia terus berproses sepanjang hidupnya. Bergulat di antara keburukan dan kebaikan, kekurangan dan kelebihan, rasa sayang dan rasa benci terhadap diri sendiri. dan kita akan terus menerus belajar dari kedua hal itu. Sang Narcissus pun menemukan perjalanan jati dirinya sendiri dengan belajar menemukan cinta – dalam dirinya dan terhadap dirinya sendiri. Maka dengan mencintai diri sendiri, Narcissus akhirnya menerima dan memahami siapa dirinya sendiri.

Simbol terakhir adalah KEMATIAN. Sebuah tragedi agung yang pasti akan kita alami di penghujung nafas nanti. Ya, semua orang pasti mati. Kita memang tidak tahu pasti apa yang bakal terjadi pada diri kita setelah maut menjemput nanti. Tapi di titik inilah jati diri kita sebagai seorang manusia berakhir. Ia merupakan kesimpulan akhir dari perjalanan jati diri kita hidup di dunia.

Dan saat maut menjemput nanti, pertanyaan ‘siapa diri kita sesungguhnya’ dapat kita jawab dengan menyimak bagaimana kita menyayangi dan membenci diri kita sendiri semasa hidup. Dan dengan cara itulah Narcissus mati, dengan menemukan dirinya sendiri, yakni dengan satu cara: mencintai dirinya sendiri!

Apakah salah jika kita mencintai diri sendiri? Apa yang salah dengan Narsis? Jawab saja sendiri .....

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com